Asosiasi Informasi Intelijen Kimia Tiongkok (CCIIA) telah menerbitkan panduan peringkat ESG pertama di negara itu untuk perusahaan-perusahaan Tiongkok yang terdaftar di industri minyak dan kimia, sebagaimana dilaporkan oleh Eastmoney pada tanggal 19 November. Panduan peringkat tersebut telah menciptakan kerangka kerja terpadu untuk penilaian kinerja ESG perusahaan-perusahaan minyak dan petrokimia Tiongkok, dan telah menetapkan standar industri untuk pengungkapan informasi ESG di masa mendatang. Menurut China Chengxin Green Finance Technology, anak perusahaan dari lembaga pemeringkat kredit pertama Tiongkok, China Chengxin Credit Management, CCIIA akan menerapkan panduan tersebut dalam peringkat dan pemeringkatan ESG di masa mendatang untuk perusahaan-perusahaan petrokimia domestik, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas data ESG dalam pelaporan perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Panduan pemeringkatan tersebut telah merujuk pada persyaratan pengungkapan CSR Bursa Efek Shanghai (SSE), HKEX [0388:HK] dan Global Reporting Initiative (GRI) sebagai referensi, dan telah ditinjau secara luas oleh berbagai pihak terkait, termasuk Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, Agricultural Bank of China [1288:HK], Sinopec [SNP:US], dan PetroChina [PTR:US], untuk menetapkan standar penilaian ESG yang koheren. Dalam dokumen tersebut, indikator evaluasi untuk dimensi lingkungan mencakup emisi, pemanfaatan sumber daya, operasi berkelanjutan, pengungkapan risiko lingkungan dan lainnya, sedangkan dimensi sosial mencakup indikator seperti keselamatan produksi, karyawan, tanggung jawab sosial produk dan manajemen rantai pasokan. Sementara itu, dimensi tata kelola terutama menilai struktur tata kelola perusahaan, dan operasi, serta perilaku tata kelola.

Saat ini, Tiongkok menargetkan untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Menurut laporan dari Universitas Tsinghua, proporsi energi nonfosil dalam konstruksi energi primer harus mencapai setidaknya 20% pada akhir tahun 2025, dan 25% pada akhir tahun 2030. Pada tahun 2050, bahan bakar nonfosil harus mencapai lebih dari 80% dari konsumsi energi primer Tiongkok. Namun, angkanya hanya sekitar 15,3% pada tahun 2019. Dengan demikian, perlu untuk segera beralih dari energi bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti gas alam, tenaga air atau tenaga angin di negara tersebut, terutama di industri minyak dan gas yang secara tradisional sangat berpolusi. Khususnya, hingga September, total 507 perusahaan minyak dan kimia telah go public di Tiongkok, termasuk 390 perusahaan yang terdaftar di bursa saham A dan 117 perusahaan yang terdaftar di bursa saham H, yang mewakili lebih dari 10% dari semua perusahaan yang terdaftar di negara tersebut. Peluncuran panduan pemeringkatan ESG ini dapat menjadi landasan bagi pengenalan persyaratan pengungkapan ESG wajib bagi perusahaan yang terdaftar di bursa saham A.

Sumber:

http://finance.eastmoney.com/a/202011191707621480.html

https://www.sohu.com/a/432903341_114984

https://www.in-en.com/article/html/energy-2298140.shtml