Menurut draf dokumen dari badan keamanan siber Uni Eropa ENISA, penyedia layanan cloud non-Uni Eropa seperti Amazon [AMZN:US], Google [GOOGL:US], dan Microsoft [MSFT:US] hanya dapat memperoleh label keamanan siber UE untuk menangani data sensitif melalui usaha patungan dengan perusahaan yang berbasis di UE, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada 9 Mei. Namun, raksasa teknologi AS dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam usaha patungan tersebut hanya dapat memiliki saham minoritas, dan karyawan dengan akses ke data UE harus menjalani penyaringan khusus dan berlokasi di dalam UE. Layanan cloud harus dioperasikan dan dipelihara dari UE, dan semua data pelanggan harus disimpan dan diproses di UE, dengan hukum UE yang diutamakan daripada hukum non-UE. Proposal tersebut menyangkut skema sertifikasi UE yang akan mensertifikasi keamanan siber layanan cloud dan menentukan bagaimana pemerintah dan perusahaan UE memilih vendor untuk bisnis mereka.

Ketentuan baru akan berlaku untuk data pribadi dan nonpribadi yang sangat sensitif, yang jika dilanggar dapat berdampak negatif pada ketertiban umum, keselamatan publik, kehidupan atau kesehatan manusia, atau perlindungan kekayaan intelektual. Dokumen tersebut juga mencatat bahwa rancangan usulan tersebut dapat memecah pasar tunggal UE karena setiap negara dapat memberlakukan persyaratan kapan pun mereka mau. Aturan yang lebih ketat ini dimaksudkan untuk mencegah campur tangan dari negara-negara non-UE, tetapi dapat menimbulkan kritik dari raksasa teknologi AS. Rancangan tersebut akan ditinjau oleh negara-negara UE akhir bulan ini sebelum Komisi Eropa mengadopsi skema akhir.

Sumber:

https://www.reuters.com/technology/eu-draft-rules-propose-tougher-cybersecurity-labelling-rules-amazon-google-2023-05-09/