Raksasa teknologi asing seperti Twitter [TWTR:US] dan Meta [FB:US] (sebelumnya dikenal sebagai Facebook) dapat menghadapi hukuman karena gagal mendirikan kantor pusat luar negeri mereka di Jepang seperti yang dipersyaratkan, seperti yang dilaporkan oleh Nikkei Asia pada tanggal 20 Juni. Kementerian Kehakiman Jepang telah memerintahkan 48 bisnis IT asing, termasuk Twitter, Meta, dan Google [GOOGL: US], untuk mendaftarkan kantor pusat mereka di Jepang pada akhir Maret. Namun, banyak perusahaan yang gagal mendaftar tepat waktu. Awal bulan ini, Kementerian kembali memerintahkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menyelesaikan pendaftaran mereka pada 13 Juni. Jika mereka masih tidak menunjukkan niat untuk mematuhinya, Kementerian akan meminta pengadilan untuk menjatuhkan denda kepada mereka.

Pemerintah Jepang beralasan bahwa akan sulit untuk memahami operasi ekonomi bisnis luar negeri dan menghitung tanggung jawab pajak mereka tanpa registrasi lokal. Selain itu, pendaftaran kantor pusat di Jepang akan memungkinkan pelanggan Jepang untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap bisnis-bisnis ini dengan lebih mudah untuk masalah-masalah seperti pencemaran nama baik di platform media sosial. Menurut analis industri, pajak perusahaan yang lebih tinggi merupakan penghalang utama bagi bisnis TI luar negeri untuk mendaftar di Jepang. Di tengah meningkatnya kekuatan industri teknologi AS, Jepang telah memulai penyelidikan terhadap perilaku raksasa teknologi AS seperti Google, Apple [AAPL: US], Facebook (sekarang Meta), dan Amazon [AMZN: US] pada awal tahun 2019.

Sumber:

https://asia.nikkei.com/Business/Business-trends/Japan-to-fine-Meta-Twitter-if-they-keep-neglecting-domestic-registry

https://www.sohu.com/a/291376043_393779