Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup (MEE) China menyatakan dalam sebuah siaran pers bahwa negara tersebut telah menginvestasikan lebih dari USD100 miliar di sektor energi terbarukan selama lima tahun berturut-turut, seperti yang dilaporkan oleh Sina pada tanggal 29 Desember. Dari tahun 2005 hingga 2019, China telah mengurangi emisi karbon per unit PDB sebesar 48,1%, dengan bahan bakar non-fosil berkontribusi terhadap sekitar 15,3% konsumsi energi primer negara tersebut. Sementara itu, menurut MEE, negara ini juga secara aktif mendorong pembentukan skema perdagangan emisi nasional (ETS), sebagai bagian dari Rencana Lima Tahun ke-14 (FYP). Hingga Agustus 2020, pasar perdagangan izin emisi karbon di tujuh wilayah percontohan di negara tersebut telah mencakup sekitar 3.000 perusahaan utama dan memenuhi total volume perdagangan sekitar 406 juta ton setara karbon dioksida, dengan jumlah perdagangan keseluruhan mencapai RMB9,28 miliar.

Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Cina telah menjadi investor terbesar dalam energi terbarukan dalam satu dekade terakhir, dengan investasi bruto sebesar USD758 miliar antara tahun 2010 dan paruh pertama tahun 2019. Pada tahun 2019, negara ini mengajukan 51% paten energi terbarukan di seluruh dunia, sementara jumlah kumulatifnya saat ini mewakili lebih dari 30% dari semua paten yang diajukan secara global. Total kapasitas terpasang energi terbarukan di Cina mencapai 790 juta kilowatt (kW) pada akhir 2019, yang merupakan sekitar sepertiga dari total global, dengan kapasitas terpasang paling banyak di seluruh dunia untuk tenaga air, tenaga angin, tenaga fotovoltaik surya, serta tenaga biomassa. Selain itu, sektor energi terbarukan telah menyediakan 4,1 juta lapangan pekerjaan bagi warga Tiongkok pada tahun 2019 saja, terhitung 391 triliun dolar AS dari seluruh lapangan pekerjaan yang tercipta di seluruh dunia pada tahun tersebut. Mengutip Global Times, total investasi Cina dalam energi terbarukan diproyeksikan akan terakumulasi menjadi RMB55 triliun pada tahun 2060, dengan ekonomi hijau menghasilkan sekitar RMB10,3 triliun dalam produksi tahunan pada saat itu.

Seperti yang dinyatakan oleh MEE, pemerintah pusat telah memasukkan pengurangan emisi karbon sebagai salah satu target terpenting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-14, dalam rangka memenuhi komitmennya untuk mencapai puncak emisi karbon dan meningkatkan rasio bahan bakar non-fosil dalam konsumsi energi primer menjadi sekitar 25% pada tahun 2030. Sejauh ini, negara ini telah merilis pedoman pengukuran, pelaporan, dan verifikasi (MRV) untuk 24 industri utama, termasuk produksi elektronik dan mesin, pertambangan, dan lainnya, bersama dengan 13 standar MRV nasional untuk melacak emisi karbon nasional secara teratur. Menurut sumber-sumber industri, Cina berencana untuk memulai debut pasar karbon nasionalnya untuk industri pembangkit listrik pada tahun 2021, dan saat ini juga sedang bekerja untuk mendirikan bursa berjangka kelima di Guangzhou, yang dapat menjadi bursa pertama di negara tersebut yang memungkinkan perdagangan emisi karbon.

Sumber:

https://finance.sina.com.cn/stock/relnews/cn/2020-12-29/doc-iiznezxs9592434.shtml

http://news.sciencenet.cn/htmlnews/2019/9/430241.shtm

https://finance.sina.com.cn/roll/2020-12-11/doc-iiznezxs6323376.shtml

https://www.china5e.com/news/news-1106609-1.html

https://finance.sina.com.cn/esg/ep/2020-12-29/doc-iiznezxs9607966.shtml

https://www.globaltimes.cn/content/1210562.shtml

https://www.seetao.com/details/52893/zh.html

https://news.stcn.com/sd/202011/t20201122_2555340.html

https://www.climatescorecard.org/2020/09/china-leads-green-jobs-in-renewable-energy-sector/