Qatar telah menandatangani perjanjian pasokan gas selama 27 tahun yang signifikan dengan Shell [SHEL:LN] di Belanda, menandai kesepakatan kedua dengan pembeli Eropa dalam waktu satu minggu, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada tanggal 18 Oktober. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Qatar untuk membantu Eropa dalam menggantikan pasokan Rusia yang hilang, menyusul pembatasan Uni Eropa terhadap impor energi Rusia karena konflik Ukraina. Kesepakatan tersebut, yang mencerminkan pengaturan serupa dengan TotalEnergies [TTE: FP] untuk Perancis, melibatkan Qatar untuk memasok 3,5 juta ton gas alam cair (LNG) setiap tahun ke Shell. Meskipun kesepakatan ini memperkuat komitmen Qatar untuk mendukung kebutuhan energi Eropa dan meningkatkan keamanan energinya, kesepakatan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang keselarasannya dengan tujuan Uni Eropa untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Menanggapi perjanjian pasokan gas, beberapa negara Uni Eropa, seperti Prancis, telah menekankan pentingnya menetapkan tanggal penghapusan bahan bakar fosil untuk memperkuat upaya global dalam memerangi perubahan iklim. Namun, pemerintah Belanda mengakui kebutuhan gas dalam waktu dekat karena ketersediaan alternatif terbarukan dan infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini menyoroti ketegangan antara tujuan iklim Uni Eropa dan permintaan energi yang mendesak, memaksa pemerintah untuk menavigasi keseimbangan yang rumit antara memastikan keamanan energi dan transisi menuju alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam mengejar praktik lingkungan yang berkelanjutan.

Sumber:

https://www.reuters.com/markets/commodities/qatarenergy-shell-agree-27-year-lng-supply-2023-10-18/