Singapura akan menerbitkan obligasi hijau pertamanya sebagai bagian dari rencana untuk mengakses pasar sebesar USD26 milyar pada tahun 2030 untuk mendanai proyek-proyek lingkungan hidup, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg pada tanggal 18 Februari. Menurut seorang pejabat Kementerian Keuangan, ini adalah peningkatan dari rencana tahun lalu untuk menghasilkan SGD19 milyar (USD14,13 milyar) dalam bentuk utang hijau untuk mendanai lebih banyak proyek. Mata uang obligasi baru ini dan karakteristik-karakteristik lainnya akan diumumkan mendekati tanggal penerbitan.

Menurut Institute of International Finance (IIF), dunia akan membutuhkan sekitar USD4 triliun per tahun untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Untuk mengisi kesenjangan keuangan ini, investor obligasi harus menyediakan lebih banyak uang tunai. Penerbitan obligasi ESG global diperkirakan akan mencapai USD4,5 triliun per tahun pada tahun 2025, sekitar tiga kali lipat dari volume penerbitan tahunan saat ini. Sekitar setengah dari pasar obligasi ESG global saat ini terdiri dari obligasi hijau. Penerbitan obligasi hijau mencapai lebih dari USD1,1 triliun pada akhir Oktober 2021. Selain itu, penerbitan obligasi ESG di pasar negara berkembang diperkirakan akan meningkat dari USD50 miliar pada tahun 2020 menjadi USD360 miliar pada tahun 2023. Dengan target menjadi netral karbon pada tahun 2060, China kemungkinan akan terus mendominasi penerbitan di pasar negara berkembang, dengan jumlah lebih dari separuh dari seluruh penerbitan hingga tahun 2023.

Sumber:

https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-02-18/singapore-plans-sovereign-green-bond-as-part-of-26-billion-plan

https://news.cnstock.com/news,bwkx-202202-4828515.htm