Sekelompok 10 negara Afrika Barat telah memasuki perdebatan mengenai kompensasi karbon, mengadvokasi agar kompensasi tersebut dimasukkan dalam strategi nol-bersih perusahaan. Negara-negara tersebut berpendapat bahwa kompensasi karbon sangat penting untuk menarik pembiayaan yang dibutuhkan untuk upaya iklim dan konservasi. Dalam surat kepada inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi), verifikator utama tujuan iklim perusahaan, negara-negara tersebut mendesak para wali amanatnya untuk memasukkan kompensasi ke dalam panduannya bagi perusahaan. 

Ditandatangani oleh Burkina Faso, Tanjung Verde, Pantai Gading, dan negara-negara lain, surat tersebut membahas skeptisisme yang berkembang seputar kompensasi karbon, yang menurut beberapa kritikus memungkinkan perusahaan mempertahankan emisi sambil mengklaim keberlanjutan. Namun, para pendukung, termasuk negara-negara Afrika Barat, memandang kompensasi sebagai hal penting untuk mendanai inisiatif yang mengurangi atau mencegah emisi karbon, khususnya di wilayah berkembang. 

Penulis utama surat tersebut, Ousmane Fall Sarr, koordinator Aliansi Afrika Barat untuk Pasar Karbon dan Pembiayaan Iklim, menekankan bahwa ketidakpastian seputar sikap SBTi merusak kepercayaan perusahaan dan menunda pembiayaan yang sangat dibutuhkan. Ia menekankan bahwa pendapatan yang diimbangi merupakan kunci untuk mendukung masyarakat yang rentan dan membantu transisi menuju energi bersih, terutama karena pembiayaan iklim masih jauh di bawah tingkat yang dibutuhkan. 

SBTi telah mengindikasikan bahwa pihaknya sedang meninjau penelitian ilmiah tentang masalah tersebut dan akan membuka konsultasi publik. Seiring dengan meningkatnya aksi iklim menjelang pertemuan puncak COP29 mendatang, perdebatan tentang kompensasi, kredit karbon, dan keuangan berkelanjutan kemungkinan akan membentuk masa depan strategi ESG perusahaan. 

Sumber: 

https://www.reuters.com/sustainability/climate-energy/west-african-nations-call-firms-be-able-offset-carbon-2024-06-05/ 

https://carbon-pulse.com/292407/