Tiongkok berencana untuk memasukkan lembaga keuangan, logam non-ferrous, dan bahan bangunan dalam skema perdagangan emisi nasionalnya (ETS), sebagaimana dilaporkan oleh Reuters pada tanggal 29 Desember. Secara khusus, sektor logam non-ferrous dan bahan bangunan diharapkan untuk bergabung dengan pasar ETS paling cepat pada tahun 2022. Industri lain, termasuk petrokimia, kimia, baja, kertas, dan penerbangan domestik, diharapkan juga akan diperkenalkan ke pasar, meskipun negara tersebut belum menetapkan jadwal khusus untuk industri-industri ini. Selain itu, Tiongkok akan merilis produk derivatif emisi karbon, termasuk swap, forward, dan opsi untuk meningkatkan likuiditas produk karbon, karena ingin menjadi pusat global untuk perdagangan dan penetapan harga karbon.

ETS Nasional Tiongkok mulai diperdagangkan pada 16 Juli tahun ini dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan volume transaksi karbon. ETS sekarang mengawasi lebih dari 2.225 perusahaan di sektor listrik Tiongkok, yang diharuskan mematuhi batasan emisi dengan mengurangi emisi atau membeli tunjangan emisi dari penghasil emisi lain di pasar ETS. Perusahaan listrik yang saat ini termasuk dalam ETS menyumbang sekitar 40% emisi karbon Tiongkok. Langkah untuk memasukkan industri intensif karbon lainnya dalam ETS berfungsi untuk lebih mengawasi dan mengurangi emisi karbon domestik setelah peluncuran ETS yang sukses untuk sektor listrik. Menurut laporan yang diterbitkan oleh AIGCC dan Schroders, ETS dapat mengurangi total emisi karbon Tiongkok pada tahun 2060 antara 3 miliar dan 6 miliar ton per tahun, setara dengan 30% hingga 60% emisi negara itu tahun 2020.

Sumber:

https://www.reuters.com/markets/commodities/china-plans-new-participants-derivatives-carbon-trading-market-shanghai-sec-news-2021-12-29/

https://www.scmp.com/business/article/3145433/chinas-emissions-trading-scheme-could-reduce-carbon-emissions-30-60-cent

https://www.scmp.com/business/banking-finance/article/3158141/chinas-carbon-trading-exchange-struggles-unclear-policies