Para produsen aluminium Eropa telah menyuarakan keprihatinan mereka mengenai potensi risiko greenwashing yang timbul dari celah dalam pajak perbatasan karbon Uni Eropa yang akan datang, seperti yang dilaporkan oleh Financial Times pada tanggal 9 Juli. Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (Carbon Border Adjustment Mechanism/CBM) yang diusulkan bertujuan untuk mengenakan pungutan atas emisi karbon yang terkait dengan barang-barang impor mulai tahun 2026. Pungutan ini pada awalnya akan menargetkan barang-barang di enam sektor padat karbon, termasuk semen, besi dan baja, aluminium, pupuk, listrik, dan hidrogen. Namun, potongan-potongan limbah aluminium yang dilebur kembali akan diklasifikasikan sebagai produk nol-karbon dan dibebaskan dari pajak karbon, meskipun bahan aslinya diproduksi menggunakan bahan bakar fosil.

Perusahaan-perusahaan aluminium termasuk Norsk Hydro [NHY: NO] dan Speira telah memperingatkan bahwa celah tersebut dapat memberi insentif kepada produsen di luar UE untuk memproduksi aluminium bekas, melebur kembali, dan mengekspornya ke Eropa untuk memanfaatkan pengecualian tersebut. Meskipun CBAM bermaksud untuk menciptakan lingkungan persaingan yang adil bagi bisnis Uni Eropa, yang harus mematuhi kebijakan iklim yang lebih ketat daripada rekan-rekan mereka di yurisdiksi lain, celah tersebut dapat merusak tujuannya untuk mencegah kebocoran karbon dan meningkatkan risiko meluasnya pencucian hijau. Selain itu, celah tersebut dapat menghambat upaya Uni Eropa untuk mempercepat dekarbonisasi di sektor industri global. Menurut statistik dari badan perdagangan European Aluminium, pabrik peleburan Uni Eropa mengeluarkan rata-rata 6,8 kg CO2 dari produksi 1 kg aluminium, jauh lebih sedikit daripada rata-rata global 16,1 kg.

Skekuatan:

https://www.ft.com/content/8c048807-bd2a-4ec9-97e3-e1acc7fe4553

https://www.recyclingtoday.com/news/aluminum-steel-europe-carbon-border-tax-eaf-recycling/

https://taxation-customs.ec.europa.eu/carbon-border-adjustment-mechanism_en