Kelompok Tujuh (G7) akan memperluas inisiatif untuk membantu negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, Vietnam, India, dan Senegal, menghentikan penggunaan batu bara, sebagaimana dilaporkan oleh Nikkei Asia pada tanggal 16 Mei. Pada pertemuan puncak iklim global COP26 Oktober lalu, G7 meluncurkan inisiatif tersebut, dengan menawarkan dukungan finansial sebesar USD8,5 miliar kepada Afrika Selatan untuk memperkenalkan energi terbarukan ke negara tersebut dan menghilangkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Untuk memperluas inisiatif tersebut, para anggota G7 akan mencapai kesepakatan paling lambat akhir Mei ketika para menteri lingkungan, iklim, dan energi G7 bertemu. Jepang dan AS diharapkan menjadi kontributor utama bagi Indonesia, Inggris dan UE bagi Vietnam, serta AS dan Jerman bagi India. Jumlah bantuan untuk masing-masing negara akan dibahas di masa mendatang.

Uni Eropa dan 192 negara menandatangani Perjanjian Paris pada tahun 2015, yang menyepakati tujuan bersama untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata pada abad ini di bawah 2 °C di atas tingkat pra-industri, dan sebaiknya membatasi kenaikan hingga 1,5 °C. Dengan mempertimbangkan target tersebut, PBB menyerukan pengurangan 45% karbon dioksida (CO₂) emisi pada tahun 2030 dari tingkat tahun 2010. Prakarsa ini dapat membantu negara-negara berkembang beralih ke energi bersih sambil menangani permintaan listrik yang terus meningkat dengan dukungan negara-negara maju, sehingga mencapai target iklim yang sulit tetapi mendesak. Prakarsa ini juga akan memanfaatkan skema pembiayaan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang mendukung Asia Tenggara dalam menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara sedini mungkin.

Sumber:

https://asia.nikkei.com/Spotlight/Environment/Climate-Change/G-7-to-help-Indonesia-Vietnam-shed-dependence-on-coal-power-plants

https://www.un.org/en/climatechange/paris-agreement