Seorang hakim Amerika Serikat (AS) telah menolak upaya Google [GOOG:US] untuk menolak gugatan hukum yang menuduh bahwa perusahaan tersebut melanggar hak-hak privasi jutaan orang melalui pelacakan terselubung atas aktivitas internet mereka, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada tanggal 8 Agustus. Hakim Distrik AS Yvonne Gonzalez Rogers memutuskan bahwa kegagalan Google untuk secara eksplisit memberi tahu pengguna bahwa data mereka akan dikumpulkan mencegahnya untuk menyimpulkan bahwa mereka telah menyetujui pelacakan tersebut. Gugatan tersebut menegaskan bahwa pelacakan Google tetap dilakukan bahkan ketika pengguna menggunakan mode penelusuran pribadi, mengumpulkan informasi komprehensif tentang minat, lingkaran sosial, kebiasaan online, dan penelusuran yang berpotensi memalukan.

Dalam keputusan setebal 36 halaman, Hakim Rogers menyoroti demonstrasi penggugat tentang nilai pasar untuk data mereka, dengan mengutip program percontohan Google yang membayar pengguna untuk berbagi riwayat penelusuran mereka. Dia juga menunjuk pada pernyataan Google, termasuk dalam kebijakan privasinya, yang menunjukkan pembatasan pengumpulan data. Hakim Rogers menyarankan bahwa, jika digabungkan, faktor-faktor ini dapat menciptakan argumen bahwa Google telah membuat komitmen yang mengikat untuk tidak mengumpulkan data pengguna selama sesi penelusuran pribadi. Google membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa mode Penyamaran di Chrome memberikan pilihan kepada pengguna untuk menjelajah tanpa menyimpan aktivitas dan bahwa situs web masih dapat mengumpulkan informasi selama sesi ini. Gugatan tersebut, yang mencakup pengguna Google sejak 1 Juni 2016, menuntut ganti rugi minimal USD5.000 per pengguna atas pelanggaran penyadapan federal dan undang-undang privasi California.

Sumber:

https://www.reuters.com/technology/google-fails-end-5-billion-consumer-privacy-lawsuit-2023-08-08/