Persinggungan Budaya dan LST: Perspektif dari Asia Pasifik

by  
rebecca yu  
- 29 November 2023

The Asia-Pacific (APAC) region is a tapestry of cultures, each boasting a rich heritage and deep-rooted traditions. As the global business landscape embraces Environmental, Social, and Governance (ESG) factors, understanding […]

Kawasan Asia-Pasifik (APAC) merupakan perpaduan berbagai budaya, yang masing-masing memiliki warisan yang kaya dan tradisi yang mengakar kuat. Karena lanskap bisnis global merangkul faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), memahami interaksi antara nuansa budaya dan penerapan ESG di APAC menjadi hal yang menarik sekaligus penting. Memang, persinggungan budaya dan ESG di kawasan ini menawarkan wawasan yang sangat berharga tentang kompleksitas dan potensi praktik berkelanjutan.

 Pengaruh Budaya terhadap Persepsi ESG

Secara historis, banyak masyarakat di APAC telah menjaga hubungan yang harmonis dengan alam, menekankan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan jangka panjang. Nilai-nilai intrinsik ini, yang tertanam dalam budaya daerah, secara alami selaras dengan prinsip-prinsip ESG modern.

  1. Kepekaan Lingkungan: Praktik tradisional Asia, seperti mandi hutan di Jepang (Shinrin-yoku) atau penghormatan India terhadap sungai, menunjukkan kesadaran lingkungan yang mendalam. Praktik semacam itu dapat memandu dan memperkuat inisiatif lingkungan dalam kerangka ESG.

  1. Kohesi Sosial: Budaya APAC sering kali menekankan kesejahteraan masyarakat daripada keuntungan individu. Perspektif ini sejalan dengan pilar 'Sosial' ESG, yang mempromosikan kesejahteraan pemangku kepentingan dan pengembangan masyarakat.

  1. Tata kelola yang berakar pada Filsafat: Banyak sistem tata kelola APAC secara historis bersumber dari ajaran filsafat, seperti Konfusianisme atau Dharma. Pedoman kuno ini mencerminkan penekanan ESG modern pada tata kelola yang etis dan kepemimpinan yang berprinsip.

 Implementasi ESG: Keunggulan Budaya dan Tantangannya

Fondasi budaya di APAC memberikan keuntungan dan tantangan dalam hal adopsi ESG:

Keunggulan: Penyelarasan budaya dengan nilai-nilai ESG dapat mendorong komitmen sejati, bukan sekadar kepatuhan. Perusahaan dapat memanfaatkan narasi dan praktik lokal untuk menjadikan ESG relevan dan mengakar kuat.

Tantangan: Norma budaya terkadang dapat bertentangan dengan standar ESG global tertentu. Misalnya, struktur perusahaan hierarkis yang berlaku di beberapa negara APAC dapat menantang prinsip-prinsip ESG tentang tata kelola yang transparan dan inklusivitas pemangku kepentingan.

 Menjembatani Kesenjangan: Integrasi Budaya dalam Strategi ESG

Untuk memanfaatkan keunggulan dan mengatasi tantangan, bisnis di APAC perlu mengadopsi strategi ESG yang terintegrasi secara budaya:

  1. Metrik ESG yang Dilokalkan: Daripada sekadar mengadopsi metrik ESG barat, perusahaan dapat mengembangkan metrik khusus wilayah yang memperhitungkan nilai dan prioritas budaya setempat.

  1. Pendidikan Pemangku Kepentingan: Menjembatani kesenjangan pengetahuan melalui lokakarya dan sesi pelatihan dapat membuat pemangku kepentingan lebih responsif terhadap inisiatif ESG yang mungkin tampak asing.

  1. Dialog Kolaboratif: Dialog terbuka dengan masyarakat dan pemangku kepentingan setempat dapat mengidentifikasi praktik budaya mana yang selaras dengan ESG dan di mana penyesuaian diperlukan.

  1. Merayakan Pejuang ESG Budaya: Menyoroti bisnis atau komunitas lokal yang mencontohkan prinsip-prinsip ESG melalui praktik budaya dapat menjadi panutan yang kuat.

  1. Siklus Umpan Balik Berkelanjutan: Strategi ESG memerlukan revisi berkala agar tetap relevan secara budaya. Umpan balik dari pemangku kepentingan lokal memastikan bahwa strategi ini berkembang seiring dengan perubahan dinamika budaya.

 Ragam Peluang yang Kaya

Kawasan APAC, dengan budayanya yang beragam, menawarkan banyak peluang untuk berinovasi dalam praktik ESG. Bisnis dapat mempelajari sistem pengetahuan tradisional, narasi regional, dan praktik masyarakat untuk memperkaya kerangka ESG mereka.

 Kesimpulan

In the dynamic world of sustainable business practices, the interplay between culture and ESG in APAC offers profound lessons. By respecting cultural nuances and integrating them effectively, the region has the potential to lead a globally relevant sustainability movement. As APAC stands at this crossroad, the harmonization of its rich cultural heritage with modern ESG practices can script a sustainable future that resonates across the globe.

Mulai Gunakan Seneca ESG Toolkit Hari Ini

Pantau kinerja ESG di portofolio, buat kerangka ESG Anda sendiri, dan ambil keputusan bisnis yang lebih baik.

Toolkit

Seneca ESG

Tertarik? Hubungi kami sekarang

Untuk menghubungi kami, silakan isi formulir di sebelah kanan atau email langsung ke alamat di bawah ini

sales@senecaesg.com

Kantor Singapura

7 Straits View, Marina One East Tower, #05-01, Singapura 018936

+65 6223 8888

Kantor Amsterdam

Gustav Mahlerplein 2 Amsterdam, Belanda 1082 MA

(+31) 6 4817 3634

Kantor Shanghai

No. 299, Tongren Road, #2604B Distrik Jing'an, Shanghai, Tiongkok 200040

(+86) 021 6229 8732

Kantor Taipei

77 Dunhua South Road, 7F Section 2, Distrik Da'an Taipei City, Taiwan 106414

(+886) 02 2706 2108

Kantor Hanoi

Viet Tower 1, Thai Ha, Dong Da Hanoi, Vietnam 100000

(+84) 936 075 490

Kantor Lima

Av Jorge Basadre Grohmann 607 San Isidro, Lima, Peru 15073

(+51) 951 722 377

Tokyo Office

1-4-20 Nishikicho, Tachikawa City, Tokyo 190-0022

-